Gerobak sapi berukuran sedang itu melambatkan lajunya. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu sederhana, didominasi warna biru, namun dengan beberapa corak berwarna cerah.
Tiga orang wisatawan asing sengaja menghentikan laju gerobak sapi, untuk kemudian berfoto bersama. Takjub mereka melihat gerobak yang ditarik sapi. Alih-alih membiarkan pemilik gerobak melanjutkan perjalanannya, mereka malah sengaja ikut menumpang di dalam gerobak. Sapi pun berderap pelan meninggalkan jalan depan kompleks Candi Plaosan.

Saya tertawa melihat pemandangan yang tidak biasa itu. Jujur saja, entah sudah berapa tahun lalu terakhir kali saya melihat gerobak sapi yang masih dioperasikan sebagaimana fungsinya. Biasanya hanya melihat d TV, atau bahkan menjadi pajangan di sebuah pameran atau museum. Continue reading Menggamit Pagi Plaosan