Dalam postingan sebelumnya saya sempat sekilas menceritakan tentang teman yang mendadak buka baju di tengah acara kuliah. Well, sebenarnya masih banyak cerita absurd tentang perkuliahan di Australia.
Ini waktu Oliq napak tilas perjalanan Simbok 5 tahun sesudahnya
Ingat, sistem perkuliahan di luar negeri tidak selalu serupa, tergantung universitas, jurusan, dan dosennya.
Sebenarnya kalau ditilik-tilik, saya hanya pernah mengalami puasa di luar negeri dua kali: di Australia dan Vietnam. Pengalamannya tentu saja berbeda, yang satu karena saya memang tinggal di sana, yang satu lagi iseng-iseng goblok liburan pas bulan puasa.
Puasa di Australia pas tahun 2005, wah udah lama banget ya. Saya kok kurang ingat itu musim apa, tapi seingat saya nggak terlalu berat juga (berarti bukan musim panas). Kebetulan saya tinggal dengan dua orang mahasiswa bukan dari Indonesia, dan saya sudah weling sama mereka kalau Ramadan sudah dekat. Artinya, mohon maklum kalau jam 4 pagi ada suara-suara dari dapur. Mereka sudah paham dan menghormati ibadah saya. Saya juga nggak njuk keterluan pagi-pagi buta goreng ikan asin sambal ekstra pedas!
Kebetulan komunitas Indonesia di sekitar Kampus Monash Clayton cukup kuat, terutama mahasiswa PhD-nya yang sudah berkeluarga, jadi lumayan banyak undangan buka bersama (sluruuup ngirit!). Tetapi seringkali saya harus kerja jadi terpaksa berbuka di tempat kerja.
An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.