Malam ini saya iseng, menggabungkan antara frasa “me time” dan “Islam” dalam kolom pencarian di Google. Hasilnya, dua temuan teratas menyebutkan bahwa me time adalah produk liberal. Temuan teratas terang-terangan menyatakan bahwa me time itu sebuah konsep hasil konspirasi musuh Islam, untuk menciptakan istri-istri yang kufur pada suami. Sebaik-baiknya seorang istri adalah berada di rumah.
Ehem *tarik napas panjang dulu*

Apa sih sebenarnya me-time itu? Dalam beberapa artikel yang saya baca, hampir semuanya menyebutkan adalah me-time (dalam kasus ini bagi ibu-ibu) adalah aktivitas di luar mengurus anak dan suami. Bisa di dalam maupun di luar rumah. Yang paling sering dijadikan contoh adalah hang-out dengan teman-teman, shopping, dan ke salon. Kesemuanya adalah aktivitas tanpa menginap. Belakangan juga makin banyak kelompok ibu-ibu yang sering traveling bersama, tanpa suami dan anak-anak.
Kita kesampingkan dulu masalah pro kontra me time dari sudut pandang agama.
Dulu, me time buat saya ya cuma berada di dalam rumah. Maskeran tengah malam saat anak-anak udah tidur. Nonton film seri tengah malam saat anak-anak udah tidur (kalau bisa sambil makan indomie cabe rawit). Baca novel pembunuhan tengah malam saat anak-anak udah tidur sambil minum kopi — yang berakibat ketip-ketip nggak bisa tidur dan shalat Subuh kesiangan.
Dalam sudut pandang Islam sepertinya hal-hal di atas tidak akan (terlalu) dimasalahkan. Faktanya, si ibu tetap berada di rumah. Kalau anak nangis, ya sudah me time bubar jalan. Nasibmu, ibu-ibu!
Belakangan ketika saya pindah ke Jogja dan anak-anak bisa dititipkan, mendadak saya jadi bisa sedikit me time di luar rumah. Nah, iki kan yang sering dipermasalahkan, yang dianggap akan mengkufurkan istri-istri solehah macam saya. Me time saya apa? Kopdaran sama teman blogger tidak saya anggap me time karena itu bagian dari membangun jaringan profesionalisme (hasyeeeem Mboook, ndobos tenan kowe!). Itu pun frekuensinya jarang sekali, maklumlah siapa yang mau ketemu blogger butiran garam meja beryodium macam saya.
Tahukah kamu apa me time favorit Simbok? Shopping, nggak punya duit. Ke salon, kalau pas perlu banget aja soalnya suka males diajak ngobrol hairdressernya. Hang out dengan teman-teman buat saya tidak masuk kategori me-time.
Me time favorit saya adalah duduk sendirian, mau sambil baca buku, chatting di WA, atau sambil ngetik draft blog di HP nggak masalah. Yang penting sendirian. Boleh deh ditemani kopi susu dan pisang goreng. Tempat paling enak ya di kafe atau restoran. Simple aja.
Saya tadi siang makan bakso di warung sendirian. Rasanya senang sekali. Sudah lama tidak pernah makan di warung/restoran tanpa harus nyuapin anak dulu, yang berakhir dengan makanan kita sudah dingin waktu disantap. Sudah lama rasanya bisa memesan menu yang sesuai keinginan saya sendiri, karena biasanya selalu mempertimbangkan apa menu itu sesuai tidak untuk anak-anak. Keinginan pribadi selalu ditahan, apalagi kalau Puput udah mewanti-wanti, “Nggak usah pesan banyak-banyak nanti nggak habis!” Terpaksa pesan makanan yang bisa buat barengan sama anak-anak. Nyuapin dulu, habis itu makan pas udah dingin makanannya *ngenes*
Nggak bisa juga makan di awal karena berarti nggak bisa dicampur sambal. Ngenes to? Minta suami yang nyuapin anak? Nanti disebut istri yang kufur pada suami. Modyaro kowe Mbok!
So buat saya makan sendirian di warung sendirian itu surga. Walau surga yang lebih baik adalah anak-anak.
Kadang saya juga pergi ke toko buku atau supermarket sendirian. Hanya karena pengen saja sekali-sekali jalan tanpa nggendong dan nggandeng. Buat ibu-ibu (yang stay at home) macam saya, itu surga. Walau surga yang lebih baik adalah anak-anak.
Dalam artikel-artikel yang saya baca punya satu kesamaan, menyebutkan shalat adalah me time terbaik bagi ibu. Saya setuju dengan itu. Yang tidak saya sepakati adalah pernyataan-pernyataan bahwa kalau sudah shalat berarti terpenuhilah kebutuhan me time muslimah. Di luar itu berarti upaya mengkufurkan diri pada suami.
Buat Simbok itu sungguh preeetttt.
Mungkin ibu-ibu lain juga merasakan bagaimana shalat menjadi tidak khusyuk karena kepala ditunggangi anak. Bagaimana waktu terbaik untuk mengaji adalah sambil menyusui. Jadi forget mushaf Quran, kita mah ngajinya pegang HP. Quran Majid lite andalannya, maklum HP Siomay nggak kuat buat aplikasi besar. Tidak banyak waktu yang tersedia pada malam hari karena anak yang menyusu ASI masih sering bangun.
Mungkin sampai sini akan ada yang bilang, ini ibu yang sungguh embuh banget.
Ya, saya akui saya masih butuh hal-hal duniawi. Saya butuh hiburan. Saya butuh selingan di antara waktu ngurus anak. Saya butuh sesekali makan tanpa gangguan. Saya butuh sesekali mandi tanpa gedoran pintu. Saya butuh sesekali makan di restoran tanpa memungut sendok garpu dan remah-remah di bawah meja. Saya butuh sesekali tidak nggendong dan nggandeng.
Toh, saya keluar rumah hanya 1-2 jam dan anak-anak ada di tangan yang bisa dipercaya. Sebelum keluar pun saya pastikan Ola sudah menyusu. Untuk acara me time sampai menginap, saya belum berminat. Sadar diri dong anak-anak masih kecil, justru nanti saya juga tidak tenang. Kelak, kalau anak-anak sudah mandiri dan Puput istiqomah dengan janjinya, mungkin akan terlaksana.
Dan buat saya, selama suami saya ridha, saya tidak kufur.
Kalau ke salon, perawatan, jadi tambah cantik, mulus, kinclong, keset #eh, buat suami juga kan? Kalau keluar belanja sebentar, toh yang dibeli juga barang-barang buat anak dan suami. Kufur soko Hong Kong?
Sekali lagi, selama suami ridha, saya tidak kufur.
Toss mbok me time ku cukup ditemani secangkir kopi sambil baca buku ato nonton castle. Wes ngono tok ae wes heppy lo mosok sek dituduh kufur opo lah…
Therlaluuhhh
LikeLike
castle akhire piye sih? terakhir-terakhir kae aku ra nonton. Wis bubar kan? nek aku criminal minds, ncis, tbbt 🙂
LikeLike
Duh mbok, kenapa pake kata-kata surga sih? *komen ini mewakili @AriePitax *semoga belio ngeliat hehe.
LikeLike
Wakkkakakk. Sengajaaa. Karena surga terlihat begitu indah dari atas kapal kayu yang terombang-ambing berjam-jam di lautan
LikeLiked by 1 person
Aku hampir gak pernah me time ke luar rumah. tapi aku setuju kalau punya anak balita, sholat itu justru bukan me time, waktu kritis malah. Lha piye, anake ditinggal wudhu karo nganggo mukena malah jerit2, sholat mukena digereti, ditunggangi, ngamplok ning geger, wis mbuh…pokoke sholate gugur kewajiban lah
LikeLike
Nek anakku sing gede wis melu solat saiki. Nek sing cilik langsung owowaba. Njuk nemplok ning sikilku marai raiso sujud. Pas sujud yo cetho ditumpaki
LikeLike
Aku malah ngekek-ngekek moco tulisan mak. Bahasa ne embub tenan..hehehe..ketok bgt nek sing nulis wong concat 😀
LikeLike
Hahahahaaa hasyem. Tapi nek jape methe mesti ngerti bosone wong jogja
LikeLike
Ehhh… itu yg berpendapat me time terbaik muslimah adalah sholat tuh anaknya dikemanain ya? Jangan2…. :p
Aku ambil wudlu ke kamar mandi aja sambil lari2, sholat ga bisa sujud gara2 anaknya ngimamin persis depan muka…
Anyway baca tulisan ini entah kenapa kok hatiku ayem ya, istiqomah jadi stay at home mom., ga nyesel resign…wkwkwkw
Selama ini me time ku cuma baca artikel/buku pas anak tidur..cuma itu..*ngenes… tapi aku bahagia 😀
LikeLike
Kwakakaka kalo wudhu anaknya nyusul ke kamar mandi. Solat sujudnya ke mana sajadahnya ke mana. Kadang sujudnya pas di pantat dia.
Akan ada masanya kok bisa me time di luar. Selamat suami ridha *benerin mukena*
LikeLike
Super setujess sama kalimat terakhir. Sampai saat ini, aku dikasih waktu hari Minggu untuk keluar rumah. Ikut kajian keislaman, main bareng teman, nyalon, baca buku, pergi ke kafe, bebaaas. Asal ada temen jalan aja. Anak-anak dijagain ayahnya.
Hai suamik, I love you :*
LikeLike
Aku masih LDM hiks belum bisa gitu amat
LikeLiked by 1 person
Owh. Malah asik bisa me time terus Mba *digetok*
Terkesan klise tapi iya aku cuma bisa bilang nikmatin aja Mba, hehe. Semoga LDM segera berlalu :*
LikeLike
Wakakaka hooh!
LikeLike
saya baca awalnya juga ber’ehem’ se-ehem-ehem-nya.
Apa definisinya, dan yang lain memahaminya seperti apa. Ehem.
Sebaik-baik istri adalah yang berada di rumah. Amiin. Semoga para suami membaca ini ya mba. Semoga mereka siap memijat istri mereka, merapikan rambut yang kusut masai, menggendongkan anak selagi kita shalat, mengaji. Mendatangkan mentor, guru buat belajar ini-itu. Yah, itu……
Btw, saya juga menggabungkan kata kunci itu dan ketemunya malah blogpost ini di page-1 😀 *selamat*
LikeLike
Alhamdulilaaaaaah *selametan*
LikeLike
Maturnuwun..aspirasiku wis tok suarakan mbak. Kadang pancen simbok ki butuh ketenangan. Ora mung bab mangan bkso tanpa ndulang n bebas mau nuang smbel… Rasane merdika tenan iso motoran dewe…ra mboncengke anak…ra ketan mung mubeng ringroad:mrgreen:
LikeLike
Nek mboncengke bocah alon2. Nek dewean wis koyo valentino rossi padahal jane yo ming 60 km/jam
LikeLike
i lop yuuuuu mbok….toss ahhhhhh
LikeLike
Love u too. Cipok klomoh
LikeLike
Mbak Oleeenn… ternyata daku tak sendiri.. terharu.. *sniff sniff sroott*
Makasih udah nulis ini.. isi hati aku bgt sbg emak2 yg dulunya biasa kerja dan me time melimpah hahaha.. sini tak ketjup mbak 😗
LikeLike
Kecup klomoh baliiik 😚😚
LikeLike