“Mbak Olen, kalau ke I-City naik apa ya?” tanya seorang teman. Sebagai seseorang yang waktu itu sudah tinggal di KL selama setahun, saya sok cool dong. Untung nanyanya di Whatsapp, jadi nggak ketahuan kalau saya buru-buru googling. Ditanya transportasi ke sana, lha wong I-City itu apaan aja saya nggak mudeng.
Yes, @geretkoper, it was you.

Setelah memasuki tahun ke-3 tinggal di KL, baru kami akhirnya ke sana weekend lalu. Kali ini dengan formasi super lengkap, keluarga kecil bahagia dua anak cukup. Karena naik mobil pribadi, begitu keluar dari apartemen langsung bisa masuk jalan tol, and it was toll all the way sampai ke Shah Alam. Dan ternyata jauh juga, butuh waktu lebih dari 1 jam dengan acara mampir shalat magrib dulu di pom bensin.

Transportasi umum: naik KTM Komuter dari KL Sentral ke Stesen Shah Alam (arah Pelabuhan Klang), sambung naik taksi ke I-City. Masalahnya adalah kalau pulang malam kayanya susah cari taksi dari I-City.
Kami sampai di I-City tepat jam 8 malam. Dari jalan sudah kelihatan warna-warni lampu LED berbentuk pohon-pohon. I-City adalah taman hiburan (yang sebenarnya kecil tapi kabarnya sedang diperbesar) yang atraksi utamanya adalah lampu warna-warni.
Di Malaysia, sebenarnya taman dengan lampu-lampu LED warna-warni berbentuk pohon atau dipasang di jembatan adalah sesuatu yang tidak jarang. Minimal selain di I-City ini ada sedikit di bawah fly over di dekat IKEA Cheras, di sepanjang Sungai Kuantan di Pahang, dan yang lumayan semarak di sepanjang sungai di Ipoh.
“Lumayan nih buat foto,” kata Puput. Oliq juga sudah semangat lagi, apalagi waktu lihat bianglala – yang ternyata bagian dari pembaharuan sehingga belum beroperasi. Duh.
Awalnya saya kira I-City ini menjadi bagian dari pusat perbelanjaan besar seperti Berjaya Times Square, ternyata sekelilingnya hanya toko-toko biasa dengan beberapa gerai waralaba seperti KFC dan 7-11.

Antrian tiket tidak banyak hanya sekitar 5 orang di depan Puput. Dan seperti biasa, Puput kembali melakukan kesalahan fatal. Seperti umumnya objek wisata di Malaysia, harga tiket dibedakan antara pemilik MyKad (KTP Malaysia) dan orang asing. Kami punya yang namanya i-Pass, identity card untuk WNA yang menjadi residen Malaysia. Nah, i-Pass ini kadang bisa berlaku seperti MyKad, yang artinya kami bayar tiket biaya lokal (separo harga dari tiket asing). Nah, Puput nggak bawa i-Pass dia. Gondok nggak sih! Akhirnya dia bayar RM 30 (orang asing), dan RM 30 untuk saya dan Oliq – karena anak-anak di atas 90 cm sudah bayar penuh. Ola gratis.
Isinya apa aja?
Yang paling menarik dari I-City adalah lampu warna-warninya yang berbentuk pohon. Asik memang untuk foto, terutama buat kamu yang kameranya kuat untuk foto-foto malam hari. Ada beberapa mas-mas yang datang sendirian saja sambil bawa kamera dengan lensa menakjubkan. Mas, mau motret taman hiburan atau Piala Dunia?

Tiket tersebut sudah termasuk naik beberapa atraksi gratis, misalnya kereta yang keliling taman hiburan, komidi putar, kereta anak, dan beberapa wahana khusus untuk anak.
Oliq dan Ola senang sekali. Oliq naik mobil-mobilan sendirian sementara kami dadah-dadah di luar pagar. Ini juga kesempatan pertama Ola nyobain naik komidi putar. Dan ini sepertinya, pertama kali saya dan Puput naik komidi putar lagi setelah dua setengah dasawarsa. (((DASAWARSA)))

Di bagian tengah ada kolam air mancur yang satu jam sekali akan menampilkan pertunjukan dancing water, dengan musik dan lampu warna-warni. Seperti, versi mini dari danau di KLCC huehehe.
Seluruh taman stroller-friendly, jadi Ola tetep duduk di stroller kecuali waktu dia nangis haus. Saya tinggal mlipir ke salah satu bangku dan nyusuin Ola di situ. Oliq sih lari ke sana ke mari kegirangan.

Wahana untuk orang dewasa antara lain kora-kora berputar dan kursi terbang, entah apa namanya hahahahahha. Di dalam taman, terdapat banyak patung hewan, misalnya gorilla, gajah, macan, yang asyik untuk berfoto bersama anak. Oliq juga senang karena banyak patung-patung dinosaurus, “Papa, Aik mau foto sama T-Rex sama Pterodactyl!”
Jam setengah 10 kami sudah mulai ngantuk dan memutuskan untuk pulang. Ternyata justru jam 10 itu antrian tiket malah lebih panjang, banyak pengunjung baru datang. Woalah.

Overall, kami senang ke I-City dan Oliq juga minta ke sana lagi suatu hari nanti. Tapi, buat teman-teman yang dari Indonesia dan tidak ada mobil pribadi dan tidak ada anak-anak, kayanya mending cari theme park lain yang lebih dekat dan worth it daripada I-City.
Cek juga tulisan kami:
10 Wisata Anak di Kuala Lumpur
17 Wisata Gratis di Kuala Lumpur
Rekomendasi Penginapan di Kuala Lumpur
Kuala Lumpur and Beyond (yang cari info tentang Genting, Melaka, Colmar Tropicale dll)
nyooohhh aku pengeen ke sini ga jadi-jadi
kalo yg wax museum sama snow citynya bagus ga kak?
LikeLike
nggak sempet ke snow walk habis anak-anak(sama mbok bapaknya) juga ngantuk wong pagi udah nonton thaipusam di batu caves
LikeLike
Mau ke sini ga jadi mulu :((
kalo wax museum sama Snow citynya bagus ga kak?
*ini double post ga ya?*
LikeLike
Wah, thank you 🙂 Bisa jadi referensi kalo ke KL lagi nih 🙂
LikeLike
Sama2 🙂
LikeLike
Bagus yaaa!!! Aku pertama kali ke KL tahun 2012 udah berencana mau ke sana tapi batal. Trus tahun lalu pun kembali batal. Ah nyesel.
LikeLike
Buat foto2 asik sih emang cuman jauuh
LikeLike
mba Olenka, makasih infonya…
Kalo cuma mau Liat2 taman lampu dan gak masuk ke theme parknya, gratiskah?
LikeLike
Lampu2nya di dalam theme park mbak jadi ya terpaksa masuk. Klo dari luar ga bisa bagus buat foto
LikeLike
Kalau naik KTM, sebaiknya turun stesen padang jawa. Kalau turun stesen Shah Alam terlalu jauh dan taksi agak sulit.
LikeLike
saya ada satu keping KTp MyKard lelaki ingin dijual sila hubungi sy
LikeLike
It’s illegal and we don’t support any illegal activities.
LikeLike
Kalo dari TBS kesini gimana cara nya mbak? Thanks infonya, lumayan menarik Kalo sekali jalan agaknya ya. Salam kenal mbak oleh.
LikeLike
Waduh typo mbak. Harusnya olenk kok jadi oleh ya?
LikeLike