Tahun 2015 baru saja berlalu. Bagi kami, tiap akhir tahun adalah waktu untuk membuat kilas balik perjalanan selama setahun. Namun, kali ini tidak karena tahun perjalanan tahun 2015 sangat sedikit.

Bulan Januari keluarga kecil kami pergi melancong ke Yangon, Myanmar, untuk merayakan ulang tahun Simbok yang ke 23. Akhir bulan yang sama, kami ke Jogja. Februari adalah trip besar terakhir kami, yaitu ke Istanbul dan Cappadocia di Turki. Setelah itu hanya pergi ke Johor Baru. Bulan Maret, Simbok dan Oliq boyongan ke Jogja karena akan melahirkan di sana.
Baca: Itinerary dan Budget Turki
Cerita melahirkan Ola akan ditulis terpisah. Nah, trip berikutnya adalah perjalanan lintas bangsa pertama bagi Ola – ketika usianya sekitar 2,5 bulan – yaitu dari Jogja ke KL. Sementara itu, hampir setahun terakhir setiap bulan Puput bolak-balik Jogja-KL.
Dibanding tahun-tahun sebelumnya, jalan-jalan kami memang sangat sedikit karena biasanya tiap bulan selalu ada trip ke luar kota, walau hanya untuk weekend getaway.
Baca: Kilas Balik Perjalanan Keluarga Pelancong 2012
Baca: Kilas Balik Perjalanan Keluarga Pelancong 2013
Baca: Kilas Balik Perjalanan Keluarga Pelancong 2014
Less trips, but more journeys
Journey to be a family of four
Dalam siklus kehidupan kami, tahun lalu memang sangat istimewa. Bagaimana tidak, kami akan punya anak lagi. Simbok yang biasanya ke mana-mana sama Oliq, kini bertambah lagi satu buntutnya. Ini adalah alasan pertama kenapa kami jadi jarang jalan-jalan.
Karena hamil? Hamil tidak menghalangi hobi untuk jalan-jalan, nyatanya tetap nekat pergi ke Myanmar ketika hamil 5 bulan dan Turki ketika hamil 6 bulan. Naik pesawat selama hampir 12 jam dengan perut mblegendong itu nggak nyaman, lho. Terutama, ketika masih tetap harus memangku kepala anak pertama. Sampai sekarang pun Oliq lebih nyaman nyandar di Simbok daripada bapaknya. Lebih empuk kali ya? Wekekeke.
Tapi bagaimanapun yang namanya hamil tetap ada batasannya. Ketika hamil sudah 33w2d saya dipaketkan dikirim ke Jogja karena memang rencana kelahiran di sana. Setelah itu terjadilah yang namanya long distance marriage (LDM). *mewek*
Akhirnya tepat pada tanggal 7 Juni saya resmi jadi ibu beranak dua. Dan DUA ANAK CUKUP *kode*. Belum kebayang sih gimana rasanya travelling bawa dua balita. Nggak apa-apa, selama orangtua yakin, anak juga pasti senang.
Journey to be stronger (although apart)
Sumpah kalau mau jujur saya emoh banget namanya pisahan sama suami. Masa kelonannya ketemuannya cuma dua minggu sekali, bahkan kadang sampai sebulan? Tapi gimana lagi Oliq sudah betah sekolah di Jogja dan nggak mau pindah KL. Selain itu, ada beberapa alasan lain juga sih yang membuat kami memutuskan ini. Toh masih bisa sering ketemuan. Puput ke Jogja, atau Simbok dan dua cangkingannya yang ke KL. Ada direct flight gitu, lho! Ojo digawe susah.
Tapi kan aku pengen kelonan ben dino…minimal ada yang mijeti. Eh iya sangar-sangar gitu, Puput manut kalau saya suruh mijat. Walau baru lima menit….”Gantian, Cop!” Eaaaaaa.
Ya sudahlah, kami berusaha menikmati LDM ini. Toh hanya sementara, nggak bakal terlalu lama. Yang jelas keadaan ini bikin kita (berusaha) menjadi lebih kuat.
Journey to be wiser and think ahead
Jadi lebih bijak dalam segala hal. Misalnya, cuma mewek sedih nggak sampai nangis gulung koming waktu gagal buking promo Qatar ke Eropa wakakakakaka.
Lebih ngirit ketika perekonomian tidak menentu sampai saat ini, ketika harga minyak jatuh dan ringgit Malaysia saking rendahnya sampai ngglosor ning ngisor amben. Face it with smile.
Saking iritnya Simbok milih potong poni sendri dan enggak ke Tony and Guy. Saking iritnya, Simbok nggak beli lipstik Purbasari yang lagi happening itu – apalagi SK II (Dik Fahd mau beliin?). Saking iritnya sampai sering banget makan lauk tempe. Saking iritnya lotion kadaluarsa aja dipakai. Semoga besok muka saya nggak berubah jadi Anne Hathaway, deh!
Juga lebih strategis dalam merencanakan liburan. Misalnya: a.disesuaikan dengan public holiday jadi Puput cutinya irit, b. Yang murah-murah, c. Yang kids friendly. Eh yang poin c enggak banget dink, bulan Mei kami ada tiket yang pokokmen ngga kids-friendly buangettt.
Dengan dua anak balita pasti travelling akan lebih repot. Ola juga masih MPASI jadi harus bawa peralatan makan bayi, popok sekali pakai, dan sebagainya. Untungnya uji coba dua kali terbang Jogja-KL Ola ayem tentrem saja like an avid traveler.
***
Intinya, tahun 2015 memang tahun di mana kami belajar banyak. Di mana kami menyesuaikan antara renjana dan realita. Tuhan Maha Baik masih memberi kami kesempatan menengok dunia.
Mari songsong tahun 2016 dengan semangat membara, dan mensyukuri nikmatNya.
KIBAS TIKET
Yang penting bukan frekuensi tapi kualitas perjalanannya ya Mbok. Bagaimana setiap perjalanan bisa membuat diri kita makin berkembang dan makin dewasa dari setiap kilometer yang ditempuh :hehe. Jadi tahun 2016 ini mau ke mana Mbok? :hihi. Ceritanya ditunggu ya Mbok!
LikeLike
Mbak Anne eh *kucekkucek* mbak J-LO…. nganu itu pas gantian mijet setelah 5 menit udahnya mijetnya berapa menit? *penting banget ya tahu urusan mijat memijat rumah tangga orang, oh Yayan*
LikeLike
blh tau donk mas, tips nyaman BP keluarga dgn bawa bayi 3 bln disaat hari raya lebaran di KL.. tempat wisata alam n lokasi nginap nya.
LikeLike
Banyak banget di blog ini. Cari di kategori Malaysia, traveling dgn anak2, rekomendasi hotel
LikeLike
Abu biyen mbelendung 7 bulan, moleh teko Delhi Nang Suroboyo. ladalah, Transit Nang Malaysia, ketubanku pecah. Sampe Pesawat malaysia airline telat titik gegara aku. Akhire totok omah langsung masuk rumah sakit trus mbrojol.
BTW, si kecil ulang tahun podo karo aku. horeee onok koncone ulang tahun 🙂 Mugo2 lancar berjalanan thn 2016 karo keluarga mbok. Aamiin
LikeLike
premie no yo? Hooh Ola lahir tanggal 7, jane arep ditunda tekan tanggal 8 ben podo aik, tapi mbahne alias doktere emoh mergo dino senen sibuk ono operasi, dadi akhire tanggal 7 sore. dadi anakku loro ultahe jejer
LikeLike
semakin banyak anak memang semakin repot. Tapi bisa juga semakin asik 😀
LikeLike
Wuih.. Benar-benar simbok inspiratif!! Strategi pengiritan dan hidup sederhananya perlu kami tiru dong..
LikeLike
kowe ngomong opo seh? siapalah aku yang masih punya tas deuter ini wekekek
LikeLike