Kepala Medusa itu njempalik, entah apa maksudnya. Sementara, yang satunya menengok ke samping. Menurut rumor, kadang patung Medusa sengaja diletakkan menyamping agar makhluk-makhluk lain terhindar dari pandangannya. Menurut mitologi Yunani, Medusa adalah salah satu dari Gorgon, yaitu tokoh perempuan yang hanya dengan pandangannya saja bisa mengubah makhluk hidup menjadi batu.

Andai saya punya tatapan Medusa, sudah saya pendeliki para bakul tiket wakakakka
Ada khayalan, ada kenyataan. Menurut sumber lain, patung Medusa yang berpaling tersebut memang sengaja dipasang demikian. Bukan karena mitos pandangannya yang bisa mengubah manusia menjadi batu. Melainkan, karena sebagai penyangga pilar, ukurannya lebih pas saat dimiringkan, bukan dalam keadaan tegak. Kalau tegak nanti pilarnya mencong.
Jiaaaah, there goes the mellodramatic excuse….
Patung-patung Medusa ini berada di Basilica Cistern atau dalam Bahasa Turki disebut Yerebatan Sarayi. Basilica Cistern adalah semacam reservoir bawah tanah yang dibangun pada abad ke 6. Dua abad sebelumnya di tempat yang sama berdiri sebuah basilika Era Romawi Awal yang menghadap ke Hagia Sophia. Basilika tersebut kemudian hancur setelah terbakar. Karena itu, Kaisar Constantine – dilanjutkan oleh Kaisar Justinian – kemudian mengubah daerah bekas basilika menjadi waduk besar penampung air. Dalam masa pembangunan waduk tersebut, lebih dari 7.000 budak dilibatkan.

Sejak saat itu, Basilica Cistern berfungsi menyuplai air untuk kota, bahkan hingga masa Kekaisaran Ottoman sampai memasuki era modern. Air dari sini juga merupakan suplai utama ke Istana Topkapi.
Memasuki Basilica Cistern, saya tidak tahu apa yang diharapkan. Inilah akibat kurangnya riset. Harga tiket TL 10 untuk satu orang. Kami harus menuruni tangga dan baru sebentar sudah terasa lembab. Di bawah, baru kami terkesima.
Basilica Cistern berukuran 9.800 meter persegi dan mampu menampung 80.000 meter kubik air. Bayangkan saja, sebuah waduk yang dibangun pada jaman tersebut sudah begitu kokoh dan sangat operasional. Bandingkan dengan bangunan-bangunan sekarang yang baru beberapa tahun saja sudah keropos. Apalagi aspal di Pantura yang rasanya tidak pernah mulus seperti paha Simbok.

Waduk bawah tanah ini disangga oleh 336 pilar marmer, kebanyakan kepala pilarnya bergaya arsitektur Ionic dan Corinthian, beberapa di antaranya bergaya Doric. Dari situ bisa dilihat bahwa pengaruh Yunani sangat dominan pada saat itu.
Sebenarnya keberadaan Basilica Cistern sempat terlupakan setelah penaklukan oleh Ottoman. Baru pada tahun 1545 waduk ditemukan lagi oleh sejarawan Perancis bernama Peter Gyllius. Saat itu Gyllius mengetahui bahwa warga kota mendapat air hanya dengan menurunkan ember di ruang bawah tanah mereka. Kadang bahkan dengan cara ini mereka menangkap ikan. Gyllius lalu melakukan penyelidikan dan mendapati waduk besar tersebut yang menjadi tempat pembuangan beragam sampah termasuk mayat manusia.

Basilica Cistern ini digunakan sebagai latar syuting film James Bond From Russia With Love pada tahun 1963, dan kabarnya pilar dengan kepala Medusa juga akan tampil di film yang didasarkan pada novel terbaru Dan Brown Inferno. *dan lalu Simbok mengingat-ingat di mana taruh Inferno yang baru separo baca*
Walau berada di dalam tanah dan terasa lembab, pencahayaan yang disediakan mencukupi. Remang-remangnya membuat kami ingin bergandengan tangan *uhuk*. Bukan karena romantis sih tapi karena bokong Simbok sudah pegal.
Pilar-pilar marmer setinggi 9 meter berbaris rapi, menopang megahnya kejayaan masa lalu. Penyangga sejarah seribu tahun silam.
Di bawahnya, air dangkal kini diisi oleh ratusan ekor ikan berwarna jingga. Di beberapa bagian, pagar sudah ambrol, jalan setapak pun basah. Oliq asyik melihat ikan, lalu berjalan menyusuri koridor waduk yang sudah menjadi saksi bergantinya sejarah.

Orang-orang berkerumun di dekat pilar dengan kepala Medusa. Tidak banyak yang tahu bahwa kisah Medusa bak sinetron. Ia adalah gadis tercantik dari Gorgon bersaudara. Ia melakukan hubungan gelap dengan Dewa Laut Poseidon, dan kemudian ketahuan oleh istrinya, Athena. Sang Istri lantas menyihir Medusa sehingga berubah menjadi wanita berkepala ular yang pandangannya dapat mengubah makhluk hidup menjadi batu. Tidak hanya itu, Medusa di kemudian hari dipenggal oleh Parseus yang lantas menancapkan kepala Medusa di ujung pedangnya sebagai senjata menghadapi musuh. Baru kemudian, ia mempersembahkan kepala Medusa pada Athena.
Ada yang masih mau merebut suami orang?

Athena cadas juga ya Mbok pembalasannya. Belum puas sampai melihat kepala selingkuhan suami dibawa patih kesayangan :hehe. Kasihan Medusa, padahal ia bisa dapat laki-laki yang lebih baik *malah terhanyut legenda kan gue :haha*.
Keren… remang-remangnya malah membuat suasana makin dramatis. Legendanya jadi hidup, apalagi ekspresi Medusanya, seolah bercerita dalam gema yang memantul di lorong-lorong pilar yang panjang. Bagus sekali!
LikeLike
Komenmu bisa jadi blog post tersendiri wekeke
LikeLiked by 1 person
Memang demikian! :haha.
LikeLike
Serem banget mba ceritanya. ini masuknya gratis atau bayar?
LikeLike
bayar…
LikeLike
tulisannya selalu renyah.. dah lairan blm mbak olen?
LikeLike
aha namanya Medusa ya? Lupa eike. Iya pernah nonton filmnya. Tapi cuman setengahnya saja jadi nggak tau kalau awalnya si Medusa itu tukang ngerebut suami orang 😀
LikeLike
Aku juga baru tau itu. Taunya cuma dia bisa ngubah jadi batu.
LikeLike
Tahu legenda Medusa pas nonton Hercules-nya Kevin Sorbo itu #anaklawas. Tapi baru tahu yen Medusa itu ngerebut suami orang terus dikutuk jadi buruk rupa ama mbok tuwo dan dijauhi semua orang. Ahh nasibmu Medus.
LikeLike