Belum pernah saya melihat orang-orang setempat sedemikian hangatnya terhadap anak-anak seperti yang minggu lalu kami alami di Turki. Sebelumnya, saya sempat membaca memang orang Turki sangat senang dengan anak-anak, dan ucapan “masallah” akan bola-bali terdengar, disertai cubitan kepada anak.
Ternyata sangat benar.

Oliq pernah menangis gara-gara terlalu sering dicubit pipinya ketika umrah di Arab, di Turki malahan lebih sering lagi. Ketika sedang medogrok menunggu pemilik apartemen yang kami sewa di wilayah Grand Bazaar, tiba-tiba ada mas-mas ganteng turun dari taksi. Oliq langsung dicubit sambil bilang, “Masallah $#%^$##$%^^” Mas, Simbok e ga sekalian? Bahkan sampai jauh pun masnya masih melambai-lambaikan tangan.
Host kami namanya Ulas Sarichek, orangnya baik banget, tapi Bahasa Inggrisnya kacau balau. Kebetulan dia punya toko jaket bulu tepat di bawah apartemen, jadi lumayan mudah untuk komunikasi. Kalau sms-an baru kacau. Misalnya, ketika kami mau ke Cappadocia, saya minta izin titip koper padanya. Dia bilang taruh saja di apartemen (selama kami pergi barang tetap di apartemen tanpa bayaran), baru setelah kembali kami bayar lagi. Saya sms tanya, besok kuncinya ditaruh di toko atau gimana. Dia jawab, “Key you stay, I kiss you son.” Apa coba maksudnya? Dia sampai naik ke atas karena saya nggak mudeng. Ternyata maksudnya kuncinya bawa aja ke Cappadocia. Kalimat terakhir mungkin maksudnya, “Cium buat anakmu!” Kalau saya pas turun ke tokonya mau nanya sesuatu pun dia selalu tanya, “Child where?”

Dan bukan cuma laki-laki yang senang dengan anak-anak, perempuan pun iya banget. Di bandara, biasanya ketika saya meletakkan tas di mesin X-ray, Oliq sudah duluan ngibrit melewati metal detector. Langsung saja dia diuyel-uyel oleh petugas bandara. Berkali-kali.
Awal di Turki Oliq masih agak tegang kalau ada yang tiba-tiba gendong, tapi dua hari saja dia sudah terbiasa. Sering diajak foto bareng orang lokal, juga turis — entah asal mana.

Di dalam Hagia Sophia, Oliq difotoin beberapa turis asing karena anaknya sibuk mainan kucing. Buat penggemar kucing, Turki adalah destinasi yang sangat cocok. Kucing-kucing liar di mana-mana dan kebanyakan gendut-gendut dan bersih. Anjing pun banyak — bahkan ada yang sedang asyik molor di teras Blue Mosque — ukurannya segede anak sapi. Di sini Oliq juga dikuweli Pak Satpam.

Di Cappadocia kami menginap di The Royal Stone House. Kalau sedang sarapan, Oliq pasti dipeluk-peluk mbak pelayan. Di Goreme Open Air Museum malah diajak foto bareng turis. Di Bandara Kayseri langsung dijunjung dan diuwel-uwel petugas bandara. Tentu saja ada “Masallah” terucap. Lainnya embuh. Anaknya juga cuma bisa jawab kalau ditanya “What your name?” saja.
Dari bus dia biasa langsung digendong calo atau sopir taksi sambil bilang, “Masallah!” walau kami lempeng saja nggak pernah naik taksi sama sekali.
Tapi ternyata kehangatan orang-orang Turki pada anak-anak tidak hanya sebatas pelukan. Rejeki banyak. Waktu saya beli kartu pos di Cappadocia (yang hanya seharga $1 untuk 11 lembar kartu pos), Oliq dapat jatah sebatang cokelat.

Di Grand Bazaar, waktu saya beli 10 gantungan kunci seharga total TL 10, Oliq dikasih gelang. Oliq dapat unyel-unyel dan cokelat lagi di toko yang jual Turkish Delights.
Yang paling lucu adalah ketika kami gotong-gotong koper keluar dari apartemen mau menuju ke stasiun trem Beyazit-Kapali Carsi, tiba-tiba dicegat simbah tua. Simbah ini nunjuk-nunjuk Oliq ngajak ngomong Puput, “Masallah *&^#%&*^%$#$%^^&&.” Puput cengar-cengir saja, nggak ngerti. Tahu-tahu si Simbah mengeluarkan koin TL 1 dan memberikannya pada Puput sambil nunjuk Oliq. Ya ampun, Mbah, maturnuwun nggih, bisa buat beli simit satu biji nih.
Ke Turki bersama Anak-Anak
Secara umum Istanbul nyaman dijelajahi bersama anak-anak. Jalan di Sultanahmet semuanya memiliki trotoar sehingga nyaman menggunakan stroller. Kalau Anda memilih penginapan di salah satu gang seperti kami mungkin harus sedikit berjuang karena kontur jalan yang turun mendekati laut (turunnya sih nggak apa-apa, arah sebaliknya itu yang menggeh-menggeh). Trotoar kadang digunakan untuk bongkar muat barang-barang toko yang banyak di daerah itu. Namun, di jalan utama tidak ada masalah sama sekali karena trotoar lebar.
Stroller bisa masuk dengan sukses ke Hagia Sophia, semuanya wheelchair accessible kecuali untuk galeri atas. Di Blue Mosque, stroller bisa sampai teras masjid untuk kemudian ditinggal atau dicangking ketika masuk dalam masjid yang berkarpet. Di Basilica Cistern, stroller diangkat turun tangga, namun untuk berkeliling bisa digunakan lagi.

Di Topkapi Sarayi, memang butuh stroller kalau anak masih agak kecil karena luas wilayahnya. Simbok saja lempoh. Hanya ketika masuk ke ruang-ruang pameran stroller harus ditinggal di luar. Banyak kursi-kursi tersedia di luar ruang pameran, biasanya untuk istirahat.
Transportasi di Istanbul terintegrasi dengan baik antara metro, trem, bus, maupun feri. Posisi pintu trem/metro sejajar dengan stasiun sehingga mudah memasukkan stroller. Semua stasiun metro memiliki lift. Untuk bus Havatas ke Bandara Sabiha Gokcen, stroller tentu saja masuk bagasi.
Semua bandara di Turki mengharuskan stroller dilipat dan masuk X-ray. Tidak boleh didorong melalui metal detector. Selain di Turki ini, saya mengalami hal serupa di Australia. Tapi di banyak negara kami memang biasanya tidak bawa stroller. Di KLIA maupun KLIA2 boleh masuk metal detector.
Stroller hampir tidak berguna di Cappadocia karena Oliq dengan riang gembira malah lari-lari di Goreme Open Air Museum.
Makanan mungkin jadi masalah untuk pemakan nasi seperti Oliq. Makanya saya bawa rice cooker dan beras. Lauknya sendiri tidak masalah karena doner/kebap (ya, di Turki ditulis kebap bukan kebab), ada di mana-mana. Bagi anak pemakan roti, tidak masalah, walaupun simit cenderung keras, tapi banyak pilihan lain.
Kami tiba saat musim dingin. Suhu Istanbul waktu kami tiba masih satu digit, yang artinya perlengkapan musim dingin harus total (kecuali sarung tangan yang sering dilepas Oliq). Pada hari terakhir di Istanbul suhu 15 derajat, cukup hangat, Oliq bilang “kemineten” yang artinya “keringatan” dan minta wintercoat dilepas dan cukup pakai jumper biasa. Anak-anak ketahanannya memang berbeda, Oliq termasuk penyuka dingin. Namun dia kalah telak di Cappadocia. Suhu mencapai minus. Paling dingin ketika kami di Love Valley. Namanya juga lembah yang terbuka dengan angin kencang dan gerimis. Dinginnya ampun-ampunan. Oliq mengibarkan bendera putih dan minta masuk mobil.
Pokoknya persediaan obat dan kelengkapan anak ketika dibawa liburan musim dingin harus dicek ulang.
Overall, Turkey is child-friendly!
Wah mak, seru banget jalan-jalannya! Meskipun terlihat keras, tapi hati orang Turki memang lembut kalau dah ketemu celahnya. Nah salah satunya ya anak-anak π
Salam kenal mak. Kalau tahu dari kemarin-kemarin, kita bisa kenalan langsung nih. Saya kebetulan tinggal di Istanbul π
LikeLike
Oh gitu mak. Tau gitu nebeng makan wakakakakaka
LikeLike
Semoga ada lain kesempatan π
LikeLike
Bisa kayak gitu ya mak ya, dimana mana oliq dpet unyel2, tp memang oliq lucu bin gemesin sih mak..udeh kayak artis aja tuh si kecil oliq hihi.
Tfs ya mak π
LikeLike
Skrg udah gedean udah sering mbeling.
LikeLike
Nggak pernah sebahagia ini baca postingan tentang Turki. Ah selamat ya mbok!!
Haruskah aku bawa dedek kesana nantinya?! (demi sebatang coklat) Hummn
LikeLike
Lhaaa lhaaa kamu kok ndremis to? Buruan bikin gih. Oliq seneng bgt lho di istanbul. Dia glundungan di blue mosque sama di lantainya hagia sophia
LikeLike
Masallah apaan sih mbok artinya? Masallah buat loh? *halah*
LikeLike
WakKaka mashaallah tapi nek tulisane turki masallah tapi s e ono clorete kae lho. Aku raiso gawene ning blog huehehehe #dibahas
LikeLike
Anaknya lucu dan lincah serta menggemaskan sih Mak, makanya jadi rebutan begitu :hehe. Anak-anak memang lucu!
Salam kenal!
LikeLike
Huhuhu hahaha klo pas lucu iya. Klo pas mbeling duh
LikeLike
Membaca postingan ini, aku kok jadi ikut gemas pengen nyuwol pipi ne Oliq ya mbak ^_^
LikeLike
Nyuwoli pipine bem wae piye?
LikeLike
Simbok kalah femes sama Oliq haha. Oliiiq cini cini ke Palembang, mau towel-towel pipinya π
LikeLike
Sebenarnya mereka mau towel simboke juga. Batal liat perut melendung
LikeLike
Orang Turki emang ramah2 ya mbak, saya sering banget ketemu mereka dan cerita saat di tanah suci. Pake bahasa tarzan, campur inggris, gitu aja bisa ketawa bareng2 hahaha
LikeLike
Kelihatannya dingin sih. Pramugari TR juga ga ramah. Tp sama anak2 seneng bgt
LikeLike
Oliq jadi artis di Turki, daftarke jadi model iklan wae mbak hihihi.
Ehmm yen aku mrono bakal dicubiti juga ama tante-tante nggak ya? π
LikeLike
kak HALIM!!!!! x)))))))
LikeLike
Iklan maskapai paling cocok. Kowe dicoleki mbah2 tua
LikeLike
salam dan peluk untuk Oliq ya mba.. kerasa kehangatannya selama di Turki.. ^_^
LikeLike
Iya memang begitu 💟💟
LikeLike
Masallah itu maksudnya Masya Allah atau memang Bahasa Turki, Mbak?
Hehehehe. Sampe segitunya ya Orang Turki sama anak kecil. Kira-kira karena apa ya? Apa jarang anak kecil di sana? :))
Fotonya bagus-bagus dan keliatan banget hangatnya warga di sana ^^
LikeLike
WakKaka mashaallah tapi tulisan turkinya masaallah pake s dicoret
LikeLike
okehsippp, bikin anak dulu π
*salah fokus*
LikeLike
Aduh…. baik hati banget ya mbak, kalo sama anak2…..
LikeLike
Iya bgt
LikeLike
awalnya kamu sempet kaget juga ga sih mbotk? tiba2 si aik digendong gitu hihihih
waduhh kalo mampir ke Turki bareng ponakan aku, bakalan sibuk diuwel-uwel juga dong yaa? heheh
LikeLike
Ga juga sih. udah kebayang sebelumnya. muka aik aja yg agak tegang awalnya.
LikeLike
pengen dipeluk mbak pelayan hotel di capadoccia :)))
LikeLike
kowe dipeluk mbah2 bakul rempah wae
LikeLike