“Andai Jakarta bisa seperti ini,” ucapan klasik setiap kali melihat kota yang lebih indah daripada ibukota nusantara tersebut — bisa dibilang kebanyakan dari kota yang pernah saya datangi.
Tujuh tahun yang lalu saya berkunjung ke Penang dalam rangka backpacking keliling Malaysia selama dua minggu. Yang terutama saya ingat adalah kota tua cantik, Kek Lok Si, dan naik furnicular train di Penang Hill, serta makanan yang super duper lezat. Baru kemarin saya kembali dari Penang lagi untuk syukuran ulang tahun Oliq ke-3. And Penang is even better than I remembered.

Sebenarnya awalnya tidak ada rencana ke Penang, maunya bermobil saja ke Cameron Highlands. Tapi, karena mendadak tahu bahwa Jumat libur ultah Yang Dipertuan Agong, iseng saya browsing tiket (keisengan yang terjadi hampir setiap hari), ternyata dapat Malindo Air untuk bertiga hanya RM 243 pulang pergi. Itu cuma setara Rp 717 ribu saja! Langsung dong saya booking, padahal belum tentu bisa berangkat juga karena Puput ada biztrip ke Johor Bahru. Alhamdulillah akhirnya bisa berangkat.
Kami menginap di Yeng Keng Hotel, di Lebuh Chulia. Dari bandara kami naik RapidPenang 401 turun di Kapitan Keling, lalu jalan ke hotel. Tiket bus RM 2.70 dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Hotelnya memang sesuai dengan yang saya lihat lewat internet. Kecil, cantik, interior dan eksterior yang kereeeeeen!
Sore itu kami cuma jalan-jalan di sekitar Georgetown saja, terbagi menjadi dua bagian situs warisan dunia: core zone dan buffer zone. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah banyaknya karya seni di jalan-jalan, ada yang berbentuk mural, ada yang berbentuk patung, ada juga patung baja yang melukiskan keseharian Georgetown.
Langsung dong kami pose-pose.

Karya seni jalanan itu tersebar di seluruh Georgetown, bahkan sampai ke luar kota hingga ke Balik Pulau. Kalau Anda lihat ada kerumunan orang di satu titik, itu kemungkinan sedang antre foto dengan mural. Pelopor karya seni mural adalah seorang seniman asal Lithuania yang tinggal di Georgetown.Salah dua yang kami temui adalah mural anak kecil mengambil tumbler di Armenian St, dan mural Lost Cat di Lebuh Pantai. Ada banyak mural kucing sebagai bagian dari 101 Lost Cats Projects. Kalau Anda perhatikan ada banyak dinding kosong dengan coretan “I will be an art soon”, next time saya berkunjung mungkin dinding-dinding kosong itu sudah berubah dengan karya seni cantik. Bandingkan dengan dinding-dinding tak bersalah yang harus menderita karena ditempeli berbagai poster konyol caleg!

Di samping dari karya seni jalanan, Penang masih memikat dengan bangunan-bangunan tua yang memang dilestarikan. Kota tua di sini pun sangat luas sehingga mustahil menjelajahinya dengan berjalan kaki. Tidak jarang hotel-hotel di Penang merupakan heritage hotel yang bangunannya berasal dari tahun 1800an, atau bahkan lebih tua lagi. Tentu, arsitektur masa lalu tersebut telah dimodernisasi dengan kenyamanan masa kini, seperti AC dan air panas.

Bicara tentang Penang dan keindahan seperti tidak habis-habisnya. Cantik selalu. Karya seni jalanan bukan satu-satunya. Masih banyak lagi tulisan yang akan menyusul tentang Penang, salah satunya adalah jenis makanannya yang menggoyang lidah.
Kapan kalian mau ke Penang?
aku punya tiket jkt-penang promo aa utk akhir tahun ini , dibeli pas SK ke Batam belum turun… alangkah repot, mahal dan tidak praktis Batam-Jakarta Penang….
LAgi cari2 alternatif yg murah via Batam…
LikeLike
Waah..jadi pengen ke Penang lagi. Suasananya ngangenin, terutama di sekitaran Beach street/lebuh pantai, bangunan2 kunonya terawat banget…pertama kali dpt penginapan super duper murah..
Ais kacang almond…hmmm… 😀
LikeLike
akuu tahunn depaann *aminn*
LikeLike
Ada gak AA pku-Penang yg promo yaaa…
Aku dapet untuk tahun depan PKU-KL….enaknya kemana aja ya Mbak?
Soalnya cuma 3 hari….
LikeLike
aaah Penang panas bingit haha
LikeLike