Begitu tiba di perahu phinisi Plataran Komodo, agenda utama adalah menjelajahi hidden paradise di bawah laut alias menyelam. Saya sangat antusias kembali diving di perairan ini. Dulu, saya datang ke Labuan Bajo untuk menyelam dan sangat terpesona dengan keindahan bawah lautnya. Meskipun arusnya sangat kuat, paling kuat yang pernah saya rasakan hingga kini, namun terbayar dengan keindahan koral dan pesona gerombolan hiu karang (reef shark) yang berkeliaran bebas.

Kali ini, bersama Sahabat Petualang Terios 7 Wonders, kami kembali bersiap untuk menyelam. Di perahu Plataran Komodo, blogger yang sudah bersertifikat untuk menyelam yaitu Harris, Bems, dan saya bersiap untuk turun. Sementara Wira yang sebenarnya sudah pernah diving tapi tak bersertifikat (mohon jangan ditiru ya hehehe…), terpaksa hanya mengikuti Discover Scuba Diving bersama Giri dan rekan-rekan jurnalis.

Pihak Daihatsu sendiri sudah membawa dua orang dive instructor untuk melatih Discover Scuba Diving bagi Sahabat Petualang yang ingin mencicipi dunia bawah laut yang misterius namun indah. Sayangnya, karena kurang koordinasi antara 2 perahu, Plataran Komodo dan Blue Dragon, acara ini baru terlaksana sore hari menjelang malam.
Setelah mengenakan perangkat dive gear alias peralatan selam, Harris, Bems, dan saya bersiap turun dipandu Bang Patrice, dive guide kami yang memang asli Flores. Saya sendiri membawa semua peralatan mulai dari masker, snorkel, Bouyancy Control Device (BCD), regulator, wetsuit, sepatu, fin alias kaki katak, serta dive computer yang berbentuk seperti jam tangan. Tinggal dilengkapi tangki udara dan pemberat, komplit sudah. Repot memang, semua peralatan harus dikemas dalam koper besar dan dibawa kemana-mana, tapi ini memberi kenyamanan dan keamanan lebih kalau Anda memang ingin serius menyelam. Tetapi, umumnya dive operator bisa menyewakan semua peralatan lengkap, tentu dengan tambahan biaya tersendiri.
Sesampainya di dekat Pulau Bidadari, dive spot kali ini, kami turun langsung dari perahu phinisi dengan teknik giant step, yaitu melangkah besar sekaligus menjatuhkan diri ke laut dari kapal. Begitu saya mencebur ke air, arus permukaan yang kuat langsung menyeret saya. Kali ini saya harus bekerja keras berenang menyusul dive guide kami yang ternyata menghabiskan banyak cadangan di tangki udara.
Akhirnya setelah berkumpul, kami turun perlahan dan arus terasa lebih tenang. Pelan-pelan kami turun dan setelah 10 m dasar laut mulai terlihat. Kali ini dasar laut berupa dataran pasir dengan kontur agak miring / slope, dengan banyak karang keras dan hanya beberapa koral lunak. Kondisi karang masih sangat bagus. Sayangnya, pandangan kurang bagus karena banyak partikel terlarut di dalam air. Ini sebenarnya wajar di musim pancaroba seperti bulan Oktober ini.
Tak ada hewan besar yang kami temukan kali ini, namun tentu masih banyak hewan-hewan kecil yang menarik seperti nudibranch. Ini adalah hewan berbentuk seperti lintah, sering juga disebut siput laut tapi tak bercangkang, dengan warna-warni yang mencolok. Saya juga menemukan puffer fish alias ikan buntal. Ikan ini bisa menggelembungkan diri untuk menakut-nakuti musuhnya. Pastinya ikan badut / clownfish alias nemo mudah juga ditemukan. Patrice juga menembukan seekor ikan pari totol-totol biru alias blue spotted sting ray bersembunyi di balik karang. Buruan paling menarik yang kami temukan sebenarnya adalah gurita alias octopus, sayangnya hewan ini sangat pintar bersembunyi di balik karang sehingga saya gagal memotretnya.




Kami turun hingga kedalaman sekitar 20 m selama kira-kira 30 menit, lalu naik perlahan-lahan dan berhenti untuk safety stop di kedalaman 5 m selama 3 menit. Yang menarik, kali ini Harris yang baru saja mendapat sertifikat rupanya bouyancy-nya (daya apungnya) masih belum bagus, masih naik turun, sehingga Patrice berbaik hati menarik menggunakan tali khusus. Baru kali ini saya lihat seorang dive guide menarik buddy-nya.

Setelah lewat dari 30 menit, tampaknya udara di tangki Harris hampir habis sehingga akhirnya Patrice membagi udaranya melalui selang octopusnya. Ini biasa disebut buddy breathing. Kalo kawan-kawan penyelam lain biasa menyebutnya “netek” alias nenen hehehe…. Udara saya pun cepat menipis dan sempat netek ke Bems, namun akhirnya saya lepas lagi karena sulit untuk bergerak bebas dalam buddy breathing, apalagi saya memang mau motret-motret. Akhirnya saya tetap bernafas dengan tangki sendiri hingga naik ke permukaan. Kami menghabiskan 45 menit menyelam, dengan catatan tangki saya dimulai dari 170 bar hingga 30 bar. Rupanya arus permukaan yang kuat dengan cepat menghabiskan 30 bar cadangan udara, ditambah kelelahan setelah berenang di permukaan benar-benar membuat saya terengah-engah. Salut untuk Bems yang walaupun seorang diver pemula namun sangat irit dalam bernafas. Tampaknya Ki Joko Blogger ini punya cadangan udara lebih banyak di rambutnya hehehe…


Kami kembali ke perahu dan pastinya sangat lapar sehingga langsung disambut makan siang. Awalnya kami berharap hanya istirahat sebentar sebelum turun lagi, tapi tampaknya ada masalah koordinasi hingga akhirnya kami tidak turun lagi hari itu. Jadilah kami hanya “leyeh-leyeh sambil cengar-cengir…” Dan inilah satu-satunya acara diving kami di Ekspedisi Terios 7 Wonders mengingat keesokan hari acara sangat padat dan kami harus meluangkan waktu sebelum terbang kembali ke Jakarta.

Sementara, Wira, Giri, Dadan, Agam, dan Pak Rio berlatih Discover Scuba Diving di senja yang indah. Bisa dibilang akhirnya acara itu menjadi Discover Scuba Night Diving karena langit sudah gelap. Tak apalah, yang penting semua orang bisa gembira sekaligus merasakan sensasi menyelam. Kami segera beristirahat seusai diving karena esok hari kami akan melanjutkan acara ke 7 Wonders yang terakhir, Pulau Komodo.
wiiiii pengen banget diving di sana…. snorkeling di kawasan manta point aja kerennya begitu gimana diving
LikeLike
tinggal ditindaklanjuti, jangan cuma dibayangin 😛
LikeLike
waah, foto underwaternya kereeen~~ ngambilnya pake kamera apa itu?
LikeLike
eh, ini blm bagus soalnya visibility jelek… cm diedit biar gak terlalu biru… pake Canon S90 aja, gak sanggup kalo pake SLR
LikeLike
Jadi inget diving di Lombok, di sana ternyata indah juga ya Kang. Keren,,,,,,,,,
Salam,
LikeLike
wah, aku malah blm pernah diving di lombok…
LikeLike
Wow. Keren banget mas. Mupeng berat!
eh nampaknya belum puas ya divingnya? 😀
LikeLike
iya blm puas, cuma sekali 😛
LikeLike