Setelah selesai acara seremonial CSR penanaman 10.000 pohon, peserta Ekspedisi Terios 7 Wonders Hidden Paradise langsung ditantang untuk menelusuri jalur offroad Merapi Lava Tour sekaligus berkunjung ke bekas rumah Mbah Maridjan dan Museum Sisa Hartaku.
Wisata ke lereng Merapi tanpa berkunjung ke bekas rumah juru kunci Gunung Merapi, (alm) Mbah Maridjan tentu terasa tidak lengkap. Bekas rumah ini beserta seluruh perangkat di dalamnya dan mobil yang digunakan untuk menjemput (alm) Mbah Maridjan menjadi saksi bisu kedahsyatan erupsi Merapi tahun 2010. Kalau Anda ingin kesini, sebenarnya Anda harus memarkir kendaraan pribadi di tempat parkir dan dilanjutkan dengan ojek, motor trail, atau jip lava tour. Namun karena kami membawa nama Daihatsu, tim Ekspedisi Terios 7 Wonders diijinkan untuk menunggangi Daihatsu Terios hingga ke lokasi parkir bekas rumah Mbah Maridjan. Jalurnya sebenarnya tidak special karena tidak jauh dari jalur utama yang beraspal.

Puas merenungi kedahsyatan alam di sana, tim Ekspedisi Terios 7 Wonders langsung diajak menuju medan offroad sesungguhnya. Awalnya saya mengira Daihatsu Terios kami akan diparkir dan tim akan menggunakan jip untuk mengarungi medan offroad bekas muntahan Gunung Merapi. Namun rupanya Daihatsu Terios kami akan diajak mengarungi dahsyatnya jalur lava tour. Saya sempat ragu, namun rekan jurnalis dengan entengnya berkata, “Gak usah kuatir, kalau gak kuat tinggal ditarik sama jip.”

Bukan apa-apa, saya pernah menyaksikan sendiri sebuah jip 4 WD sok-sokan melintasi pasir Pantai Siung Gunung Kidul dan berakhir dengan kepater (bahasa Jawanya selip). Sopir yang memaksakan diri ngegas pol justru berujung dengan bau kampas kopling terbakar disertai kepulan asap dari balik kap mesin. Dalam hati saya hanya berkata “Modaro, kapokmu kapan lee….” Saya sudah menduga hal itu akan terjadi, karena pasir di pantai itu sangat halus dan berjalan saja sudah susah, apalagi dilewati mobil.
Namun kali ini rekan-rekan dari Terios 7 Wonders cukup percaya diri menguji ketangguhan Daihatsu Terios di jalur lava tour. Kali ini, saya bergabung bersama tim advance dan fotografer menaiki sebuah jip dan berjalan duluan untuk mencari spot terbaik bagi pengambilan gambar.

Perlahan-lahan Terios menuruni bukit dan memasuki jalur lava tour. Rem cakram di roda depan dipadukan dengan rem tromol di roda belakang sanggup menahan Terios tanpa masalah. Sampai di sini semua berjalan aman dan kami bisa mengambil gambar konvoi Terios menuruni bukit. Selanjutnya jalur lebih menantang lagi, berkelok-kelok dengan jurang di sampingnya, sementara sekeliling ekskavator bekerja keras mengambil material pasir dan mengangkutnya dalam truk. Terios berjalan perlahan-lahan di jalur pasir berbatu.

Suspensi MacPherson Strut di roda depan dan 5 link rigid axle di roda belakang terbukti sangat tangguh dalam meredam goncangan tanpa membuat mobil menjadi limbung. Di sini kehati-hatian sopir juga sangat dituntut karena kalau salah belok bisa berujung fatal. Kami lalu melanjutkan perjalanan dan menaiki jalur lava untuk kembali ke jalan aspal yang lain.

Setelah membayar retribusi 10.000 per kendaraan, kami mampir sejenak di Museum Sisa Hartaku. Sebenarnya ini bukan museum, hanya sebuah bangunan rumah berisi segala barang yang tersisa saat terkena awan panas. Di sini pengunjung diajak merenungi arti hidup dan bersyukur jika tidak pernah terkena musibah sedahsyat ini.

Puas berfoto-foto, Sahabat Petualang melanjutkan perjalanan lebih ke atas lagi. Kali ini medan kembali berupa timbunan pasir dan batu. Sebenarnya, timbunan ini persis di atas Desa Kinahrejo yang benar-benar sudah hilang tertimbun material sedalam 5 m. Kalau Anda belum pernah ke Kinahrejo sebelumnya, sulit membayangkan di sini sebenarnya adalah sebuah desa yang sangat asri. Kami kembali melewati truk pasir hingga akhirnya bertemu sebuah tanah lapang yang sangat cocok untuk foto bersama Terios yang kini berlumuran debu Merapi.

Persis di samping tanah lapang ini, sebuah ekskavator alias backhoe sibuk mengeruk tumpukan pasir di kedalaman kira-kira 10 m. Pada saat pasir dikeruk, terlihat kepulan asap masih menyeruak menandakan panas yang tersimpan dalam timbunan material tersebut, bahkan setelah 3 tahun berlalu dari saat letusan. Kami juga harus hati-hati tidak terlalu ke pinggir saat mengambil gambar.

Setelah kami dapat foto yang sangat adventorous , kami kembali turun dan menyusuri jalanan aspal yang tersisa. Tim Ekspedisi Terios 7 Wonders diajak melewati beberapa rumah yang masih agak utuh dan juga lokasi yang kini menjadi hunian tetap. Beberapa kali Terios harus melewati jalur lava dengan tanjakan dan turunan yang agak ekstrim. Namun, mesin 3SZ-VE DOHC VVT-i bertenaga 109 hp membuat Terios mampu melahap tanjakan-tanjakan ekstrim tanpa hambatan berarti. Ground clearance setinggi 200 mm juga membuat Terios sanggup melewati gundukan tanah yang tinggi, kemampuan yang harus dimiliki setiap mobil yang hendak melewati jalur lava tour ini.

Akhirnya Sahabat Petualang kembali ke lokasi parkir awal diikuti perasaan lega sekaligus bangga, ternyata Terios yang sudah kami tunggangi selama 4 hari ini sanggup menaklukan beberapa jalur lava tour yang umumnya hanya dilalui jip 4 WD dan truk pasir, serta siap untuk kembali berpetualang menuju Suku Tengger di Desa Ranu Pane dan 4 keajaiban selanjutnya. Nantikan terus kisah-kisahnya di blog ini.
Gak nyangka ya Terios yg penampilan fisiknya “kota” banget bisa mblusukan ke jalur lave Merapi.
LikeLike
Iya, emang sengaja blusukan biar bisa teruji ketangguhannya…
LikeLike
Tulisan kali ini iklan banget. Sebagai bos besar blog ini…saya…sayaa….tapi…saya….nggak diajak!
LikeLike
Blusukan yang keren nih. Pengen dong 🙂
LikeLike